Menjadi Mahasiswa Tidak Mudah


Menjadi seorang mahasiswa bukanlah perkara mudah. Menjadi mahasiswa itu sangat berat. Berat disini yang saya maksud adalah berat dalam banyak hal. Mahasiswa dituntut untuk menjadi pribadi yang mandiri, dapat menyelesaikan masalah secara baik dan benar, sebagai agent of change, dapat berkumpul atau bersosial dengan orang banyak seperti masyarakat awam sekali pun, selain itu mahasiswa juga di tuntut untuk dapat menjalankan atau teori-teori yang di dapat dalam bangku perkuliahan ke dalam kehidupan secara emipiris. Tulisan ini akan membahas bagaimana bagaimana dan apakah wajib, bahwa seorang mahasiswa itu wajib untuk menerapkan teori-teori yang di milikinya ketika (masih) dalam bangku kuliah? Sesuai dengan identitas saya dari universitas Veteran Republik Indonesia

Makassar, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, jurusan MIPA Prodi Matematika, saya lebih menitikberatkan pembahasan dari
penerapan teori-teori khususnya dalam dunia Pendidikan tentunya.
Menjadi mahasiswa FKIP Jurusan Matematika bukanlah impian saya ketika tahun 2010 mengikuti seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) atau kalau sekarang dinamakan SBMPTN. Pada waktu itu saya memilih pilihan pertama program studi keguruan di bidang Olahraga dan barulah di pilihan kedua saya memilih program studi Informatika. Besar harapan saya ketika itu saya dapat lolos dalam seleksi itu ke program studi pertama dan kedua. Maklum, background keluarga saya lebih di dominasi guru atau pendidikan di sekolah. Tanpa ada perkiraan apapun, dan hanyalah harapan yang saya punya, saya tidak pernah mempunyai pemikiran bahwa saya tidak lolos di perguruan tinggi Negri. Ahirnya saya ikut Tes di Perguruan Tinggi Swasta, waktu itu saya memilih Jurusan Pertanian dan alhamdulillah saya lolos tapi keluargaku tidak ada yang setuju.
singkat cerita saya bulatkan pikiranku untuk daftar kekampus lain yatu di kampusku saat ini,saya daftar di fakultas teknik, jurusa teknik pertambangan tampa sepengetahuan orang tuakau, tinggal menghitunh hari temna-temanku mau mulai Ospek saya di telpon sama orangtuaku masih ku ingat kata-katanya mereka bilang ( Ketika kamu masuk teknik kamu bayar sendiri biaya kuliahmu ),mulai di situ saya mulai stres dan ndamau kuliah,yang ada dalam pikiranku waktu itu pergi cari kerja di negri orang yaitu di malaisia tapi karna ada rayuan dari temanku untuk kuliah dengan hati yang sangat terpaksa aku daftar di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan jurusan matematika dan aku nda tau apa itu matematika, aku hanya ikuti alaurnya saja, saya kemudian memulai ospek kemudian kuliah.
Awal menjadi mahasiswa saya seperti orang bodoh. Saya sama sekali tidak kenal siapapun, hanya ada 1 teman SMA saya dulu dan itupun saya tidak begitu akrab dengan dia. Kuliah setiap hari, awal kuliah yang sangat membuat saya begitu bosan. Bagaimana tidak bosan, kuliah yang saya lakukan ketika itu hanyalah datang duduk diam dan mendengarkan dosen ngomong panjang lebar tanpa saya pahami dosen itu berbicara apa. Beberapa kali kuliah saya mulai tertarik dengan bahasan-bahasan ringan kalkulus,tentang masalah matematika, dan hal lainnya yang bersangkutan dengan disiplin ilmu baru saya ini. Satu semester saya habiskan dengan kuliah pulang kuliah pulang. Hingga saya mulai sadar bahwa pikiran saya tidak akan berkembang dengan cara seperti itu. Lebih tepatnya semester 2 saya organisai kampus yaitu Unit kegiatan Kampus mozz fm. Yang tadinya saya hanya kuliah pulang kuliah pulang, saya mulai banyak menghabsikan waktu saya untuk sekedar meminun kopi di sekret bersama-sama teman dan seniorku. Dan perkiraan saya benar, dari sini, dari sekedar ngobrol atau sharing dengan teman-teman saya dapat pengetahuan lebih daripada saya ketika hanya datang di kelas dan mendengarkan dosen menjelaskan mater kuliah. Saya mendapatkan banyak ilmu saya dapat mengembangkan pemikiran kecil saya. Semester 3 dan 4 adalah semester dimana saya sudah mapan di kampus saya ini. Saya sudah jatuh hati dengan aroma sosial politik walaupu saya bukan jurusa FISIP. Datanglah semester 5, semester yang tidak mungkin saya lupakan sampai saya tua sekalipun. Semester 5 ini saya mulai mengenal permainan politik kampus. Jelek atau baiknya saya mulai tau. Hingga saat itu, kalau tidak salah awal tahun 2012 saya melihat dengan mata kepala saya sendir permainan politik kampus saya sendiri secara empiris, secara nyata. Ya, ketika ada sebuah forum musyarawah warga di fakultas ku, semua berkumpul dalam ruangan besar di kampus UVRI. Musyawarah ini diadakan sebagai langkah dari pihak elite jurusan (kajur, dan bawahannya) bekerja sama dengan beberapa oknum mahasiswa untuk menggagas kembali HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) yang sebelumnya telah lama vakum. Dari forum inilah mata saya terbuka lebar bahwa di sinilah saya mengenal politik oraktis kampus. Debat, tukar pendapat dan segala macamnya terjadi dalam forum ini. Dalam kampus UVRI sendiri terdapat dua kubu besar, organisasi ekstra yang bisa dibilang menghegemoni kampus saya ini. Pertarungan dua kubu ini juga yang katanya menjadi penyebab utama vakumnya HMJ dari jurusan saya. Dalam forum inilah begitu terlihat bahwa dua kubu besar ini memang sangat kuat pengaruhnya di kampus saya ini. Sanggah menyanggah argumen yang sangat berbau politik disini terjadi begitu keras. Forum yang dikatakan musyawarah bersama ini akhirnya diputuskan untuk memilih ketua mandatoris yang tujuannya sebagai jembatan agar terbentuknya tujuan awal tadi yaitu terbentuknya kembali HMJ jurusan yang sebelumnya telah vakum. Alih-alih menggunakan kata mandatoris dalam forum tersebut, tenyata ketua mandatoris yang terpilih melalui voting tersebut justru langsung di daulat menjadi ketua umum HMJ jurusan. Dari sinilah pro dan kontra mewarnai jalannya pembentukan HMJ jurusan saya ini.
Satu tahun sudah berlalu dalam kepengurusan HMJ, sebentar lagi telah siap untuk di sambut pemilihan kembali ketua umum HMJ. Ada ketakutan tersendiri bagi saya pribadi yang notabene saya adalah pihak independen di kampus. Bagaimana bisa, jurusan yang katanya mempunyai background disiplin ilmu administrasi justru ketika menjalankan atau menerapkan ilmunya hanya melalui voting. Bukankah sanga memalukan? Ya sudahlah, itu sudah berlau kurang lebihnya satu tahun lalu. Toh kinerja pengurus dari HMJ sendiri tidak bisa di katakan buruk, bahkan mungkin bisa dikatakam bagus. Mungkin hanya masalah prosedur saja yang kurang baik dan benar. Nah menjelang pemilihan kembali nantinya siapa yang berhak untuk menjadi ketua umum HMJ, saya merasa takut dan tidak tahu harus bagaiamana dengan posisi saya yang sudah menua di kampus, dan belum ditambah lagi posisi saya sebagai pihak independen. Yang bisa saya lakukan menulis tulisan ini sembari berdiskusi dengan teman dekat saya untuk memikirkan solusi ketakutan saya tadi. Saya takut, permainan politik tahun lalu itu akan terjadi kembali, selain itu belum ditambah konflik yang sangat berpeluang besar untuk terjadi nantinya.
Bagaimana pun juga, jelek dan buruknya kampus saya, tanpa kampus saya, saya tidak akan ada disini. Saya berharap ada yang mempunyai keinginan untuk memperbaiki apa yang sebelumnya kurang baik. Dengan usia yang sudah 21 tahun dan semester sudah 7, setidaknya ada hal yang dapat menjadi kebanggaan dari diri saya bahwa saya pernah mencari segala macam ilmu di program studi MIPa jurusan matematika, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas veteran republik indonesia makassar.
Read »

Mengenal Dunia Kampus

   
Bagi para mahasiswa baru, masa awal memasuki dunia kampus pastilah memberikan kesan tersendiri. Selain memiliki kultur dan sistem pendidikan yang berbeda dengan lingkungan SMA, dunia kampus juga berarti kesempatan untuk menemukan teman baru, tempat baru dan pengalaman baru. Banyak mahasiswa baru yang sudah mantap untuk menghadapi perubahan ini, tapi tak sedikit yang masih berdebar-debar untuk menghadapinya.

Sedikit berbeda.

Bagi sebagian mahasiswa yang kebetulan memiliki saudara atau teman yang sudah terlebih dulu memasuki dunia kampus, pasti sedikit mengerti tentang perbedaan kultur kuliah dan sekolah. Walau begitu rasa penasaran untuk segera mengalaminya sendiri pasti pernah dirasa. Apalagi bagi mereka yang kebetulan benar-benar blind atau asing dengan dunia perguruan tinggi, pasti rasa penasaran akan lebih besar, bahkan tak jarang juga bercampur dengan rasa takut.

Perbedaan pertama  adalah mengenai sistem kredit semester (SKS) yang mungkin sangat asing pada jenjang sebelumnya. Dalam sistem ini, memungkinkan mahasiswa untuk memilih mata kuliah yang ingin diambil atau dipelajari dalam kurun waktu satu semester, tentunya dengan beberapa persyaratan tertentu. Ada mata kuliah yang tercantum dalam semsester genap, ada pula yang tercantum di semester ganjil. Sebagai contoh, pada semester dua seorang mahasiswa memilih tidak mengambil mata kuliah grammar karena satu dan lain hal. karena mata kuliah tersebut tercantum pada semester dua atau semester genap,maka ia dapat mengambil mata kuliah tersebut pada semester empat, enam atau delapan.

Selain itu, dalam sistem SKS juga memungkinkan mahasiswa mengambil kembali (re-take) beberapa mata kuliah yang pada semester sebelumnya ia mendapat nilai yang tidak memuaskan. Seperti  jika pada semester tiga seorang mahasiswa mendapat nilai D untuk mata kuliah translation maka ia dapat re-take mata kuliah tersebut di semester lima atau tujuh. Tentunya dengan harapan nilai yang diraih jauh lebih baik.

Hal ini sangat membantu mahasiswa, terutama bagi mereka yang juga sedang bekerja atau memiliki kesibukan tertentu. Tapi sebenarnya ini juga memiliki potensi yang justru dapat membuat mahasiswa kesulitan menyelesaikan waktu studinya.  Banyak kasus yang menunjukkan mahasiswa suka menumpuk-numpuk beban  mata kuliahnya, yang pada akhirnya membuatnya kesulitan pada semester-semester mendatang.

Sebenarnya walau berbeda, dunia perkuliahan juga memiliki persamaan dengan kultur dan sistem di sekolah. Masih ada laporan evaluasi hasil pembelajaran yang jika di sekolah disebut rapor, maka di kampus disebut Indeks Prestasi (IP). IP sendiri ada dua jenis, yaitu IP semester dan IPK atau IP kumulatif. IP semester atau sering disebut IP saja adalah kumulasi dari nilai  hasil belajar mahasiswa dibagi jumlah beban sks dalam satu semester. Sedang IPK adalah komulasi dari hasil belajar mahasiswa yang perhitungannya berdasarkan pada semua beban sks yang telah ditempuh oleh mahasiswa.

Dua hal di atas adalah  contoh kecil dari perbedaan yang ada dalam dunia kampus dengan dunia SMA. Mahasiswa sudah dianggap dewasa, sehingga diharapkan mampu untuk lebih bertanggung jawab dalam mengelola perkuliahannya sendiri. Biasanya pihak kampus menyediakan seorang dosen pengampu atau pendamping akademik bagi mahasiswa. Dosen inilah yang akan mendampingi mahasiswa sampai ia menyelesaikan kuliahnya. Fungsi dosen pendamping adalah sebagai pendamping  bagi mahasiswa dalam mengelola rencana kredit semesternya. Dalam hal ini dosen pendamping  akan menyetujui atau menolak rencana dari mahasiswa dalam hal memilih beban sksnya.

Universitas, Fakultas dan Prodi.

Ketika membicarakan mengenai sistem pembelajaran di perguruan tinggi, maka pasti tidak bisa lepas dari kata-kata Universitas, Fakultas dan Prodi. Sebenarnya apakah arti dari kata-kata tersebut?. Mari kita mulai dengan Universitas. Secara umum dan sederhana bisa kita definisikan universitas sebagai salah satu bentuk dari lembaga perguruan tinggi yang terdiri dari beberapa fakultas. Disebut sebagai salah satu bentuk, karena sebenanrnya selain universitas, ada beberapa bentuk lain dari Perguruan tinggi, seperti akademi, institut dan sekolah tinggi.  Sebagai sebuah lembaga, tentu sebuah Universitas memiliki sebuah struktur kepemimpinan. Pemimpin tertinggi dalam sebuah universitas disebut rektor.

Di dalam sebuah universitas sendiri, ada beberapa fakultas-fakultas. Fakultas tersebut dapat kita artikan sebagai sekumpulan program stud  (prodi) yang memiliki landasan disiplin ilmu yang sama. Misal fakultas teknik, yang di dalamnya mungkin terdapat prodi teknik mesin, prodi teknik otomotif, prodi teknik sipil dan sebagainya. Jika pimpinan dalam sebuah universitas disebut rektor, maka pimpinan dalam sebuah fakultas disebut dekan. Prodi juga memiliki struktur tersendiri i. Pimpinannya berada di tangan seorang ketua prodi dan biasanya dibantu oleh beberapa wakil, seorang sekretaris, seorang bendahara dan beberapa jabatan lainnya.

KKN dan PKL

Sebuah perguruan tinggi selalu berlandaskan pada tridharma perguruan tinggi dalam menjalankan segala roda aktivitasnya. Apakah itu tridharma perguruan tinggi? Ini adalah semacam landasan bagi semua perguruan tinggi di Indonesia. Adapun isi dari tridharma perguruan tinggi adalah: pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan serta pengabdian kepada masyarakat. Inilah yang menjadi landasan bagi semua perguruan tinggi di Indonesia.

Dalam rangka menunaikan tiga kewajiban tersebut, perguruan tinggi mengintegrasikan mata kuliah yang bertujuan untuk mewujudkan pengabdian kampus kepada masyarakat. Salah satu yang paling populer adalah KKN atau Kuliah Kerja Nyata. Dalam KKN, mahasiswa diaharapkan untuk menyatu dengan masyarakat. Ini menghindarkan warga kampus dari gejala primordialisme kampus yang membuat mereka terpisah dari masyarakat dan seakan-akan membentuk kelas sendiri. KKN bertujuan untuk menghilangkan sekat-sekat yang mungkin ada antara mahasiswa dan masyarakat.

Banyak hal yang dilakukan oleh mahasiswa dalam KKN tergantung tema besar yang diusung. Ada beberapa tema besar yang biasanya ada dalam KKN, seperti Pemberdayaan Keluarga Kecil, Peningkatan Mutu Pendidikan Masyarakat, Pengentasan Buta Aksara dan sebagainya. Banyak mahasiswa yang malas mengikuti KKN, padahal dengan KKN lah, justru mahasiswa diberi kesempatan secara nyata mengembangkan skill sosial mereka.

Beda dengan KKN, PKL atau Praktik Kerja Lapangan adalah suatu program mata kuliah yang bertujuan untuk mengasah keterampilan mahasiswa pada praktik nyata di lapangan. Metode teknis PKL tergantung dari fakultas asal. Jika berasal dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) , mahasiswa biasanya diberi waktu tertentu untuk praktik mengajar di sekolah. Jika berasala dari FE atau Fakultas Ekonomi, mahasiswa mungkin diminta berpraktik di sebuah perusahaan atau koperasi. PKL sebenanrnya juga menawarkan kesempatan kerja  yang sangat baik. tak jarang melalui PKL, mahasiswa mendapat sebuah pekerjaan.

Beasiswa

Tanggung jawab yang dipikul  sebagai seorang mahasiswa tentunya berbeda dengan tanggung jawab pelajar sekolah menengah atas. Mahasiswa sewajibnya mulai memikirkan visinya ke depan, terutama mengenai keuangan. Dengan biaya yang rata-rata tidak sedikit, banyak mahasiswa yang tersadar untuk mulai meringankan beban orang tuanya. Ada yang dengan bekerja paruh waktu ataupun memburu beasiswa.

Sebenarnya banyak beasiswa yang dapat ‘diperebutkan”, termasuk jenis dan syaratnya.  Beberapa beasiswa yang paling populer diantaranya BKM (beasiswa khusus mahasiswa) dan Beasiswa PPA (program peningkatan akademik), keduanya dikeluarkan oleh Kemendiknas.  Selain itu ada beberapa beasiswa yang dikeluarkan oleh korporasi atau perusahaan seperti beasiswa Djarum (PT Djarum Kudus, tbk), Beasiswa PGN (Perusahaan Gas Negara) Beasiswa Beasiswa MEDCO, Beasiswa ASTRA, Beasiswa Bank Indonesia, Beasiswa Sampoerna dan masih banyak lagi. Beberapa yayasan pun ada yang menyediakan beasiswa untuk mahasiswa, seperti Beasiswa SUPERSEMAR (Yayasan Supersemar) Beasiswa dari Gloria, Beasiswa dari Goodwill International, Beasiswa dari Yayasan Karya Salemba dan masih banyak lagi.

Menentukan jangka waktu kuliah


Satu lagi yang terpenting adalah menentukan jangka waktu kuliah. Keadaan ekonomi keluarga, ikatan dan syarat beasiswa serta kondisi dan tren dunia kerja harus dipertimbangkan. Apalagi ada beberapa kampus yang menerapkan sistem DO atau drop-out bagi mahasiswa yang terlalu lama menyelesaikan kuliahnya. Mahasiswa yang di drop-out berarti mahasiswa tersebut telah kehilangan statusnya sebagai mahasiswa atau dengan kata lain dipecat. Aktivitas di UKM dan ORMAWA ataupun yang lain terkadang menjadi kendala utama dalam menyelesaikan waktu kuliah. Begitu pula dengan skripsi dan nilai akademis. Sebagai seorang mahasiswa, diharapkan mampu berpikir bijak dan sesegera mungkin turut berkarya dan bekerja untuk membangun masyarakat dan dirinya sendiri setelah lulus
Read »

Ganja Tidak Haram, Rokok Haram,,,

http://rastayoman.blogspot.com/Lho, bukannya terbalik?
 
    Sama sekali tidak. Kenyataan pahit ini terpaksa saya tulis sebagai judul berdasarkan fakta, kalau saja kita telaah secara akal sehat.
Tulisan ini saya buat sebagai wujud keprihatinan terhadap bahaya rokok terhadap kesehatan masyarakat non-smoker (to hell with the smokers’ health, I don’t give a damn care) tanpa bermaksud ‘mendukung’ pemakai narkoba. Narkoba is narkoba, okay? Drugs can kill you.


Di Indonesia, membawa ganja bisa saja dihukum mati. Kalau tidak salah, terpidana mati narkoba asal Nigeria masih 19 orang. Di Malaysia, hukumnya lebih ketat lagi. Kenapa sih kok bawa ganja sampai perlu dihukum mati?
Ganja Tidak Haram?

Sekali lagi, tanpa bermaksud membela kelompok pro Narkoba, sebenarnya hukuman berat pengedar ganja adalah karena “merusak moral generasi muda“. Weleh, weleh. Benar sih. Tapi coba kita cermati secara jernih. Sebetulnya “moral yang rusak” itu apa ya cuma karena narkoba? Bagaimana dengan orangtua yang sibuk terus, kurang perhatian, dan memanjakan anak? Bagaimana dengan kekerasan terhadap anak (yang juga berpotensi melahirkan generasi ‘keras’)? Bagaimana dengan mafia pendidikan formal, yang menyebabkan banyak anak tidak mampu sekolah?

Sebetulnya, ketika seorang pengedar ganja menawarkan dagangannya kepada Mas X, si calon konsumen, yang ditawarkan hanyalah sebuah pilihan hidup. Apakah moral Mas X rusak karenanya? Kalau Mas X menerima tawarannya, berarti moral Mas X memang sudah rusak dari awalnya. Sudah tahu barang haram kok masih coba-coba. Kalau Mas X makin jadi bajingan setelah nge-drug, itu hanyalah memperkuat sifat aslinya, yang sudah muncul sejak keputusannya menerima barang setan itu. Kalau toh sifatnya memang baik, Mas X akan tobat setelah puyeng dari percobaan pertamanya, dan jadi pengalaman hidupnya.

Seorang pemakai ganja yang teler di kursinya, tidak meracuni orang lain secara luas. Anda bisa teler juga kena asapnya kalau duduk di sisinya, tapi pemakai ganja kan jarang mabok asap di warung-warung, taman, atau bis kota. Jadi, kalau Anda teler kena asapnya, itu salah Anda sendiri, mengapa dekat dengan dia. Jangan-jangan Anda pemakai juga.

Rokok Haram?

Nah, kalau rokok, ini memang belum pernah difatwakan haram. Alasannya, nggak merusak moral manusia kok? Ah masa ???

10 tahun yang lalu, saya bekerja di sebuah pabrik di Surabaya. Ada beberapa buruh pabrik, yang penghasilannya pas-pasan. Selepas kerja, dia masih nyambi di tempat lain, dan istrinya buka warung kecil-kecilan di rumah, terima laundry, dsb. Terima upah harian. Katanya nggak cukup untuk makan dan sekolahin anak-anak … tapi lho, Dji sam soe nya kok ngepul terus? Sehari katanya 1 pak lebih. Kalau nggak gitu, pusing katanya.

Juga lihat tukang becak. Ngeluh hasil pas-pasan. Anak banyak. Tapi lagi-lagi … kok ngepul. Belinya sih 1000-an, batangan. Tapi sehari, bisa lebih dari 1 pak.

Lantaran nggak diharamkan, rokok bisa dinikmati di mana saja. Di taman kota, di warung, restoran, sampai bis kota. Ini beda dengan narkoba. (Kalau berani coba aja nge-bong di bis kota .. hehe). Asapnya, weleh .. weleh. Di dalam rokok terdapat 4000 zat yang semuanya berbahaya. Nggak ada untungnya. Mulai dari tar, nikotin, karbon-karbon, sampai sianida (hasil pembakaran kertas) sampai kalau ditulis semuanya blog ini bakal cuma jadi daftar isi, saya juga nggak mungkin ingat apa yang sudah atau belum saya tulis.

Menarik mencermati sianida ini. Pernah membakar sejumlah besar kertas putih dan terhirup asapnya? Puyeng kan? Sianida dalam jumlah kecil cukup membunuh orang dewasa secara efektif. Jumlah yang terkandung di asap rokok pastinya lebih kecil lagi, tapi saya heran ada orang yang rela menghisap zat berbahaya ini bahkan setelah diberi tahu.

Pernahkah Anda melihat seorang bapak (yang pastinya tidak bertanggung jawab) merokok sambil menggendong anaknya, sementara istrinya hamil mendampinginya? Kalau belum, Anda mungkin jarang berada di Indonesia. Di sini, kejadian serupa ini bejibun banyaknya.

Pernahkah seorang perokok memikirkan bahwa orang yang duduk di sampingnya mungkin pengidap asthma? Mungkin bisa mati sesak napas kena asapnya? Atau ibu hamil? Atau anak-anak? Atau mungkin sekedar orang yang berusaha menjaga kesehatannya? Perokok merupakan sosok yang paling egois di komunitas, dan merampas hak hidup manusia lain untuk ‘menikmati udara (yang lebih) bersih’. Sudah kena asap kendaraan, bau apek, asap rokok pula!

Seorang perokok, membunuh pelan-pelan manusia-manusia di sekitarnya. 4000 racun yang disedotnya akan dihembuskan lagi berikut kotoran di paru-parunya (yucks!) dan dihirup oleh orang di sekitarnya. Tidak masalah bila si perokok mati, semua edukasi dan peringatan bahaya rokok toh dia sudah pernah tahu. Dia memang siap untuk mati, impoten, dan keguguran (wanita). Tapi non-smokers yang jadi perokok pasif?

Perokok bisa berdalih, “kalau nggak suka, pergi aja.” Bagaimana kalau
di atas bis? Haruskah oper? Bayar 2 kali? Bagaimana kalau tengah makan
di warung? Hilang nafsu makan, dan pergi? Egois, mengapa tidak dia saja
yang pergi?

Seorang perokok seperti buruh pabrik dan tukang becak yang saya gambarkan juga merampas hak hidup anak-anak mereka untuk mendapat hidup yang lebih layak. Hitung sendiri berapa ongkos habis untuk merokok. Mending buat makan atau biaya sekolah anak-anak, kan?

Satu lagi, … tahukah Anda bahwa para drugger nyaris semuanya adalah juga perokok? Yang ingin juga saya cari keterkaitannya adalah bagaimanakah prosentase pelaku kriminal yang merokok? Atau hubungan antara Kekerasan, Arogansi, Over PD dengan Merokok.

Kini: Ganja Haram, Rokok Tidak Haram

Kalau saya sengaja kampanye bahwa ganja itu tidak haram, tentu sejumlah pihak bakal mencak-mencak dan menuding saya drugee. Ganja haram, rokok tidak haram, ini perbandingannya

    Menawarkan ganja itu hanya menawarkan pilihan, menawarkan rokok pada orang lain juga pilihan.
    Ngisep ganja tidak mungkin dilakukan di tempat umum, ngisep rokok bisa di tempat umum.
    Ngisep ganja tidak mencemari kesehatan umum, ngisep rokok di tempat umum jelas mencemari.
    Ngisep ganja ngehabisin uang, yang lebih baik untuk hal positif lain, ngisep rokok juga.
    Pengisap ganja tidak meracuni orang lain kecuali diri sendiri. Perokok meracuni diri sendiri DAN orang lain.
    Sengaja mengonsumsi ganja adalah pilihan buruk, mengonsumsi rokok juga pilihan buruk.

Bahasa hukumnya, “secara sengaja dengan tindakannya dengan kesadaran
penuh meracuni orang lain di sekitarnya.” dan “dengan kecerobohannya
dan tindakannya yang tidak waspada mengakibatkan kematian orang lain;
meracuni dan merusak kesehatan orang lain disekitarnya.”

Perbedaan terbesar adalah pemerintah tidak memungut cukai atas penjualan ganja, sedangkan rokok adalah pembayar pajak terbesar! Sekalian saja kalau begitu, Indonesia melegalkan dan menarik pajak dari penjualan narkoba dan prostitusi. Biar negaranya kaya. Jadi, kalau MUI berfatwa bahwa ganja itu haram, apalagi rokok!

—————————–
Read »

Copyright © Kreasi Anak Reggae

Designed by