Proposal Penelitian Biologi

A. JUDUL PENELITIAN

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN PERTUMBUHAN JAMUR DI ATAS PERMUKAAN KACA.

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Biologi merupakan suatu ilmu yang berdekatan dengan kehidupan kita sehari-hari dan biologi merupakan suatu penghubung dari semua ilmu alam dan juga sebagai ilmu yang mempertemukan ilmu alam dengan ilmu sosial.

Salah satu pokok pembahasan di dalam ilmu biologi adalah jamur (Mykes). Jamur adalah organisme eukariot dengan dinding sel yang tersusun dari kitin. Jamur tidak memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis.

Jamur hidup dengan menyerap zat organik disekitarnya. Bahan organik yang diserap itu digunakan untuk kelangsungan hidupnya dan juga disimpan dalam bentuk glikogen yang merupakan senyawa karbohidrat.

Jamur dapat hidup di lingkungan yang bermacam-macam. Namun pada umumnya mereka hidup di tempat-tempat yang basah atau lembap. Selain itu, banyak juga jamur yang hidup ada organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau air tawar. Jamur dapat hidup dengan bersimbiosis dengan ganggang membentuk lumut kerak yang dapat hidup di habitat yang ekstrim. Seperti gurun, kutub, dll.

Secara alami, jamur memperoleh nutrisi untuk tumbuh berupa zat organik secara heterotrof dengan cara menyrap sisa-sisa organisme (Pada jamur yang bersipat saprofit dari organisme lain (Pada jamur yang bersifat parasit dan mutual), dengan demkian pada umumnya jamur hidup di organisme yang memiliki zat organik. Sementara kemungkinan jamur dapat tumbuh pada anorganik akan sulit dibuktikan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian terhadap kemungkinan jamur dapat tumbuh di permukaan bahan anorganik berupa kaca. Maka dari itu, penulis mengambil judul penelitian “Analisis penyebab kegagalan pertumbuhan jamur pada permukaan kaca”.

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui pertumbuhan jamur.
Untuk mengetahui habitat hidup jamur.
Untuk memenuhi tugas mata pelajaran biologi.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “Mengapa permukaan kaca tidak akan ditumbuhi jamur?”

E. HIPOTESIS

Permukaan kaca tidak akan ditumbuhi jamur karena kaca termasuk bahan anorganik yang zatnya tidak dapat diserap oleh makhluk hidup.

F. KAJIAN TEORI

Jamur sering kita lihat di sekitar tempat tinggal kita terutama banyak muncul pada saat musim hujan. Organisme itu muncul seperti payung. Ada yang berwarna putih, merah dll. Bahkan ada jamur yang dapat dikonsumsi oleh kita.

Suroso AY dalam buku Ensiklopedi Sains dan Kehidupan (2003 : 104) mengungkapkan bahwa Jamur merupakan suatu kerajaan (Kingdom) dari makhluk hidup yang struktur tubuhnya tidak mengandung klorofil, tetapi dinding selnya terbuat dari selulosa dan selnya mengandung zat glikogen (Suatu senyawa karbohidrat), sehingga ia tidak dapat berfotosintetis.

Wikipedia Indonesia mendefinisikan Jamur atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifatheterotrof. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa. Hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada juga dengan cara generatif. Jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya untuk memperoleh makanannya. Setelah itu, menyimpannya dalam bentuk glikogen. Jamur merupakan konsumen, maka dari itu jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya.[2] Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.

Jamur tergolong kedalam salah satu tumbuhan heterotrof yang mana memperoleh zat organik dari organisme lain. Zat organik dapat berasal dari sisa-sisa organisme hidup, organisme mati, dan bahan tak hidup. Jamur yang bersifat saprofit atau jamur yang memperoleh zat organik dari sisa-sisa organisme mati dan bahan tak hidup. Contohnya, daun, pakaian dan kertas. Penguraian oleh jamur yang mempunyai sifat ini menyebabkan pelapukan dan pembusukan. Jamur yang bersifat parasit memperoleh zat organik dari organisme hidup lain. Jamur ini dapat merugikan organisme yang didiaminya karena dapat menyebaban penyakit. Ada juga jamur yang bersimbiolis mutulisme yang saling menguntungkan dengan organisme lainnya. (Diah Aryulia, 2010 : 207-209)

Menurut Albert Towle, 1989, jamur dimasukkan kedalam kingdom fungi dan kingdom protista :

a. Kingdom Fungi.

Ciri : mempunyai hifa bersekat, dinding sel terdiri dari kitin, polysakarida komplek, selulosa, reproduksi seksual dengan persatuan gamet-gamet yang diikuti persatuan protoplasma. Reproduksi aseksual dengan spora, fragmentasi. Klasifikasi dari kingdom fungi terdiri dari 4 divisi yaitu :

1. Divisi Zygomycota

Hifa berinti banyak, reproduksi dengan spora, sporangia, reproduksi seksual dengan konjugasi zygospora.
2. Divisi Basidiomycota

Hifa bersekat, reproduksi aseksual dengan fragmentasi, reproduksi seksual dengan basidiospora.
3. Divisi Ascomycota

Hifa bersekat, bisa uniseluler, reproduksi aseksual dengan konidia juga dengan bertunas, reproduksi seksual dengan ascospora.
4. Divisi Deuteromycota

Hifa bersekat, berkembang biak dengan konidia.
b. Kingdom Protista

Dimasukkan dalam protista karena memiliki ciri-ciri seperti amuba, makanannya seperti amuba yaitu bakteri dan zat organik lain, morfologi dan physiologi mirip dengan amuba, sel prokariotik. Klasifikasi dari kingdom protista adalah sebagai berikut :

1. Phylum Acrasiomycota

Mpy ciri, berinti satu, terdiri dari myxamuba, reproduksi dengan sporangia. Tubuh seperti pseudoplasmodium, sel eukariotik.
Fase vegetatif serupa amuba yang berinti satu.

2. Phylum Myxomycota

Ciri : berupa plasmodium yang mempunyai banyak inti, berkembangbiak dengan sporangia.
Fase vegetatif serupa plasmodium yang hidup bebas.
3. Pylum chytridiomycota

Tubuh berupa benang-benang hifa, mpy dinding yang pasti, inti eukariotik, menghasilkan spora kembara.
Khusus menghasilkan sel berflagel : klas oomycetes.

G. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, kami menggunakan metode :

Library research atau telaah pustaka yaitu penelaahan kepustakaan dengan mencari data-data atau keterangan dari berbagai buku yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.
`    Metode penelitian merupakan rencana langkah-langkah kegiatan penelitian yang meliputi :

Objek, populasi dan sampel penelitian.
Objek dalam penelitian ini adalah meliputi organisme jamur atau Mykes yang merupakan makhluk hidup yang struktur tubuhnya tidak memiliki klorofil. tetapi dinding selnya terbuat dari selulosa dan selnya mengandung zat glikogen. Dengan alat perkembangbiakannya berupa spora dan hifa.

Populasi dalam penelitian ini meliputi jenis-jenis habitat hidup jamur (Mykes) yang berupa bahan organik dan anorganik. Bahan organik seperti roti, kayu, dll. Sedangkan bahan anorganik adalah seperti permukaan kaca, plastik, kramik, fyberglass, logam dll.

Sampel penelitiannya adalah bahan organik berupa roti dan bahan anorganiknya berupa kaca.

Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat tinggal di salah satu peneliti yaitu di blok Jatiserang ds. Jatiserang kec. Panyingkiran kab. Majalengka.

Waktu penelitian
Waktu penelitian dapat diuraikan dalam tabel di bawah ini :

Jadwal kegiatan penelitian

No.
Jenis Kegiatan Penelitian

Waktu

Ket.

1. Menyusun Proposal 1 hari 02 September 2013
2. Melakukan Percobaan Pertama 2 hari 10-13 september 2013
3. Menganalisis hasil percobaan pertama 1 hari 15 september 2013
4. Melakukan percobaan kedua 2 hari 17-18 september 2013
5. Menganalisis hasil percobaan kedua 1 hari 20 september 2013
6. Menyusun laporan hasil penelitian 1 hari 21 september 2013
7. Presentasi hasil penelitian 1 hari 22 september 2013

Deskripsi variabel penelitian
Dalam penelitian ini, penulis akan menguji hubungan sebab akibat yang menjadi variabel bebas dan terikat. Adapun hubungan sebab akibatnya adalah jamur tidak akan tumbuh di permukaan kaca.

Variabel bebasnya adalah kaca adalah bahan anorganik yang tidak memiliki zat yang dapat diserap oleh jamur.

Variabel terikatnya adalah jamur tidak akan tumbuh di permukaan kaca.

Alat dan bahan
Alat yang akan peneliti gunakan adalah :

    1. Alat tulis

    2. peralatan dan bahan yang digunakan untuk melakukan percobaan.

    3. Literatur yang mendukung percobaan.

Data hasil pengamatan
Penelitian yang kami lakukan adalah penelitian kualitatif yang berupa skema atau uraian data pengamatan secara rinci. Misalnya, data ciri suatu organisme yang digambarkan secara morfologi dan data proses perkembangan organisme.

Kesimpulan
    Jamur tidak dapat tumbuh selain di bahan organik. Seperti halnya Kaca, kaca tak dapat ditumbuhi jamur meskipun ditempat yang lembab yang biasanya ditumbuhi jamur karena kaca adalah bahan anorganik.

H. DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, Diah, dkk. 2010. Biology 1A for Senior High School Grade X Semester 1. Jakarta : Esis, sebuah Imprint dari Penerbit Erlangga.

AY, Suroso, dkk. 2003. Ensiklopedi Sains dan Kehidupan. Jakarta : CV. Tarity Samudra Berlian.

Khristiyono. 2007. Buku Kerja dengan pendekatan belajar aktif Biologi untuk SMA kelas X semester 1. Jakarta : Esis, sebuah Imprint dari Penerbit     Erlangga
Read »

PROPOSAL PENELITIAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA BANGUN RUANG DI SMP NEGERI 2 KARTASURA KELAS VIII SEMESTER II TAHUN AJARAN 2013/ 2014

Disusun Guna memenuhi nilai mata kuliah Penelitian Pendidikan Matematika

Dosen Pengampu :.............

Disusun Oleh: 

ARIFIN
(10240040)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
2013

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA BANGUN RUANG DI SMP NEGERI 2 KARTASURA KELAS VIII SEMESTER II TAHUN AJARAN 2013/ 2014

 A.  PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang Masalah

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dasar pada setiap jenjang pendidikan formal yang memegang peran penting. Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstrak, idealisasi, atau generalisasi untuk menjadi suatu studi ataupun pemecahan masalah.

Dalam pelaksanaan pembelajaran disekolah usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa banyak mengalami kendala dan hambatan. Lebih- lebih pada mata pelajaran matematika yang menuntut begitu banyak pencapaian konsep sehingga mengakibatkan motivasi belajar kurang baik. Motivasi belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu kemampuan yang berasal dari siswa,yang meliputi kecerdasan, bakat, minat, motivasi dan emosi. Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar, meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Diantara ketiga lingkungan itu yang palingberpengaruh adalah lingkungan sekolah seperti guru, sarana belajar dan teman- teman sekelas.

Guru merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan siswa. Sehingga dalam memberikan evaluasi diharapkan lebih akurat, objektif, dan mengoptimalkan pembelajaran. Masalah yang dihadapi misalnya masalah  kepribadian guru dan kompetensi, kecakapan mengajar, yang antara  lain mencakup ketepatan pemilihan metode pendekatan, motivasi, improvisasi, serta evaluasi.

Sampai saat ini banyak kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar matematika. Hal ini disebabkan karena banyaknya anggapan bahwa matematika sulit. Dengan anggapan itu akhirnya berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

Orang tua juga merupakan pihak yang berperan utama dalam penanganan anak. Sebab interaksi anak dengan orang tua tetap lebih besar porsinya dibanding dengan interaksi guru dengan anak di sekolah. Orang tua harus mampu menciptakan kondisi dan menyediakan sarana yang menunjang proses belajar anak.

Dengan demikian dapat diungkapkan bahwa guru menentukan keberhasilan belajar siswa. Kemampuan guru dalam melaksanakan poses belajar mengajar sangat bepengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa. Biasanya guru menggunakan model pembelajaran konvensional dan metode ceramah sebagai cara untuk menyampaikan materi pelajaran. Melalui model pembelajaran konvesioanal dan metode ceramah, siswa akan lebih banyak pengetahuan, namun pengetahuan itu hanya diterima dari informasi guru, akibatnya pembelajaran menjadi kurang bermakna karena ilmu pengetahuan yang didapat oleh siswa mudah terlupakan.

Didalam proses belajar mengajar, guru harus memiki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu, guru harus menguasi teknik- teknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar. Setiap materi yang akan disampaikan harus menggunakan metode yang tepat, karena dengan metode belajar yang berbeda akan mempengaruhi siswa dalam menerima pelajaran, terutama pelajaran matematika.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 08 April 2013 dengan Ibu Endang Wismiyati, S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika di kelas VIII A SMP N 2 WAWO, masih banyak siswa yang mendapat nilai rendah pada ulangan matematika, khususnya pada materi pokok bangun ruang, yaitu hanya sekitar 60 % siswa yang dapat mencapai ketuntasan klasikal. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, antara lain: siswa merasa kesulitan dalam memahami konsep matematika, siswa kurang termotivasi untuk belajar matematika, dan siswa cenderung bersifat pasif dan kurang bisa bekerja dalam kelompok.

Dari uraian di atas maka salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi balajar siswa adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran dikenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar denggan situasi dunia nyata siswa, yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan  penerapannya dalam kehidupan para siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dari konsepsi ini diharapkan hasil belajar akan bermakna. Proses pembelajaran akan berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Melalui pendekatan kontekstual tersebut diharapkan siswa mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaiman mencapai. Diharapkan yang dipelajari siswa berguna bagi hidupnya. Dengan demikian siswa akan memposisikan dirinya sebagai pihak yang memerlukan bekal untuk hidupnya nanti.

2.    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :

  •  Adakah peningkatan motivasi belajar siswa pada bangun ruang di SMP N 2 Wawo Kelas VIII Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 melalui pendekatan kontekstual?
  • Apakah melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada bangun ruang di SMP N 2 Wawo Kelas VIII Semester II Tahun Ajaran 2013/2014?
3.    Tujuan Penelitian

Melakukan penelitian perlu adanya tujuan agar penelitian tersebut lebih terarah.  Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

  • Ada peningkatan motivasi belajar siswa pada bangun ruang di SMP N 2 Wawo Kelas VIII        Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 melalui pendekatan kontekstual.
  • Melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada bangun ruang di SMP N 2 Wawo Kelas VIII Semester II Tahun Ajaran 20113/2014.

4.    Manfaat penelitian

Review ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis.

a. Manfaat teoritis
    Peneltian ini dapat memberikan sumbangan terhadap pembelajar matematika terutama untuk Peningkatan        Motivasi Belajar Siswa Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Bangun Ruang di SMP N 2 Wawo Kelas    VIII Semester II Tahun Ajaran 2013/2014.

b. Manfaat praktis
    Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat antara lain:

  1. Memberi sumbangan bagi guru matematika dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika untuk meningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Bangun Ruang VIII Semester II Tahun.
  2. Memberi masukan bagi siswa bahwa dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada bangun ruang Kelas  VIII semester II.
  3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan memberi informasi dan masukan dalam menggunakan model pembelajaran kontekstual yang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah.
  4. Bagi peneliti, penelitian ini untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran matematika melalui pendekatan kontekstual sehingga mampu meningkatkan motivasi belajar siswa pada bangun ruang. Selain itu sebagai wahana uji kemampuan terhadap bekal teori yang diterima di bangku kuliah.
  5. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai perbandingan atau sebagai referensi untuk penelitian yang relevan.
5.    Definisi Istilah

Definisi masalah judul penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap objek pilihan penelitian dan untuk menghindari penafsiran yang salah mengenai judul penelitian ini, maka diperlukan gambaran atau batasan – batasan sebagai berikut :

       a.       Motivasi belajar siswa

Motivasi belajar adalah “pendorong” suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi tngkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk belajar sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Motivasi bagi seseorang  guru adalah untuk menggerakkan atau memicu para siswanya agar timbul keinginan dan kemajuan untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan  di dalam kurikulum sekolah.

       b.       Pendekatan kontekstual

Pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan baru dalam belajar pendekatan kontekstual adalah konsep belajar membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Sagala, 2006: 87).

 B.  LANDASAN TEORI

1.    Kajian Teori

a.    Peningkatan Motivasi Belajar Matematika

1)   Hakekat Matematika

Menurut johson dan myklebust dalam Abdurrahman (2003: 252) matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedang fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.

Matematika memiliki sebuah sistem bahasa sendiri yang ditunjukkan dengan bentuk dan simbol. Hal ini secara esensial berkaitan dengan representasi hubungan di dalam dunia dan memanipulasi mereka. Pentingnya matematika tidak terlepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan (Craft, 2003: 120).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian matematika adalah alat yang dapat membantu memecahkan permasalahan (perdagangan, industri, teknologi).

2)   Hakekat Belajar

Belajar adalah sesuatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010: 2).

Belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Perubahan terjadi melalui latihan atau pengalaman dalam periode waktu cukup panjang. Perubahan ini disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian, biasanya hanya berlangsung sementara. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis seperti perubahan dalam pengertian pemecahan masalah, keterampilan, kecakapan, atau kebiasaan ataupun sikap  (Purwanto, 2006:85).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan pada diri seseorang melalui beberapa tahap untuk menjadi yang lebih baik.

3)   Konsep Motivasi Belajar Siswa

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya (Uno, 2008: 1).

Menurut Mc. Donald dalam Hamalik (2008; 158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi adalah dorongan pada diri seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

b.   Strategi Pembelajaran Kontekstual

1)   Hakikat pembelajaran

Akhmad Sudrajat (2008:1) pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Pembelajaran atau pengajaran menurut Daeng (Uno, 2006: 134- 135) adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapa hasil pembelajaran yang memliki hakikat perencanaan atau perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpilan bahwa pembelajaran merupakan suatu interaksi peserta didik dengan pendidik dengan menggunakan media pembelajaran.

2)   Hakikat Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (Contekstual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002: 1).

Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar langkahnya adalah berikut ini:

a)    Konstruktivisme (constructivism)

b)   Menemukan ( inkuiry )

c)    Bertanya ( questioning )

d)   Masyarakat belajar ( learning community)

e)    Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran

f)    Refleksi ( reflection )

g)   Penilaian yang sebenarnya ( authentic assessment )

c.    Penerapan Strategi Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran Bangun Ruang

Langkah- langkah pendekatan kontekstual pada bangun ruang, yaitu:

1)   Peserta didik memberikan contoh benda- benda di sekitarnya yang berbentuk tabung dan kerucut.

a)    Contoh yang berbentuk tabung adalah drum minyak, celengan.

b)   Contoh yang berbentuk kerucut nasi tumpeng, topi ulang tahun.

2)   Peserta didik menyimpulkan pengertian tabung dan kerucut dari contoh yang disebutkan.

a)    Tabung adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua lingkaran kongruen yang berhadapan sejajar, dan titik pada kedua lingkaran yang bersesuaian saling dihubungkan dengan garis lurus. Terdiri dari sisi bawah (alas), sisi atas (tutup), selimut. Alas dan tutup berbentuk lingkaran yang kongruen, sedangkan selimut berbentuk persegi panjang.

b)    Kerucut adalah bangun ruang yang dibatasi oleh bidang lengkung dan bidang dasar yang berbentuk lingkaran.

3) Peserta didik secara berkelompok membahas konsep bangun ruang sisi lengkung (Luas Permukaan    Kerucut dan Tabung)

a)    Tabung

panjang selimut tabung              = keliling lingkaran

 = 2Ï€ r

lebar selimut tabung                    = tinggi tabung

luas selimut tabung                     = luas persegi panjang

 = p x l

 = (2Ï€ r )× t

                                                                         = 2Ï€ rt

Luas lingkaran = π r 2

Jadi Luas seluruh permukaan tabung dapat di peroleh

= Luas sisi alas + luas sisi atas + luas selimut

=Ï€ r 2    + Ï€ r 2  + 2Ï€ rt

= 2 (Ï€ r 2    ) + 2Ï€ rt

= 2 π r ( r + t )

b)   Kerucut

Luas Permukaan Kerucut

Luas sisi kerucut            = Luas Selimut + Luas Alas

= π r 2 + π rs

= π r ( r + s )

4)   Peserta didik  mempresentasikan hasil diskusi.

5)   Peserta didik diberi evaluasi pada pertemuan terakhir oleh guru.

6)   Peserta didik diberi penilaian oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung.

2.    Kajian Pustaka

Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil- hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Sebagai perbandingan dalam penelitian ini, peneliti akan menguraikan hasil- hasil penelitian terdahulu.

Juter ( 2005) menyatakan bahwa hasil penelitiannya untuk sebagian besar siswa, matematika dianggap pelajaran yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, mengingat rumusnya, dan menimbulkan ide- ide baru. Kepercayaan diri siswa dapat menimbulkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.

Widiastuti (2006) menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dipengaruhi pemahaman konsep siswa dalam menerima materi ajar. Kecenderungan proses pembelajaran yang masih rendah dikarenakan masih diterapkannya pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam menerima materi ajar dapat dilakukan melalui pendekatan kontekstual.

Berdasar pada hasil-hasil penelitian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dapat dilakukan dengan beberapa tindakan dan metode yang berbeda sesuai dengan kondisi dan situasi siswa. Melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran matematika dan mengkaitkan persoalan matematika dengan hal-hal yang konkret sangat penting karena kita tahu bahwa konsep dalam matematika itu abstrak, sedangkan siswa pada umumnya berfikir dari ha-hal yang konkret menuju hal-hal yang abstrak.

3.    Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal siswa kelas VIII SMP Negeri 2Wawo mempunyai motivasi belajar metematika yang rendah. Hal ini dikarenakan guru masih kurang optimal memanfaatkan strategi pembelajaran. Pemilihan strategi yang tepat dapat meningkatkan motivasi belajar matematika.

Salah satu pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan motivasi belajar matematika adalah strategi pembelajaran kontekstual. Prosedur strategi pembelajaran kontekstual adalah 1) Konstruktivisme (constructivism), 2) Menemukan (inquiry), 3) Bertanya (questioning), 4) Masyarakat belajar (learning community) 5) menghadirkan ‘model sebagai contoh pembelajaran. 6) Refleksi (reflection), 7) Penilaian yang sebenarnya (authentic assesment).

Kondisi akhir yang diharapkan dengan penggunaan strategi pembelajaran kontekstual dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan motivasi belajar matematika, sehingga siswa akan memenuhi prestasi belajar yang memuaskan.

4.    Hipotesis Tindakan

Berdasarkan hasil penelitian yang relevan dan kerangka pemikiran tersebut di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan “Melalui strategi pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar matematika bagi siswa kelas VIII semester II SMP Negeri 2 Wawo tahun 2013/2014.

 C.  METODE PENELITIAN

1.    Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh guru kelas di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran (Arikunto Suharsimi, 2006 : 96).

Penelitian ini dilakukan melalui proses kolaborasi antara guru matematika, kepala sekolah dan peneliti. PTK merupakan kegiatan pemecahan masalah yang bercirikan siklik dan reflektif yang dimulai dari 1) perencanaan (planning), 2) pelaksanaan tindakan (action), 3) mengumpulkan data (observing), dan 4) menganalisis data atau informasi untuk memusatkan sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut.

2.    Tempat dan Waktu Penelitan

       a.       Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 2 Wawo yang beralamatkan di Pabelan Kartasura Sukoharjo. Peneliti mengadakan penelitian di SMP Negeri 2 Wawo dengan pertimbangan bahwa sekolah ini belum pernah dilakukan penelitian dengan judul yang sama dengan peneliti.

       b.       Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada tahun ajaran 2013/2014. Adapun rincian waktu penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Rincian Waktu Penelitian

No Kegiatan Februari Maret April Mei juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Analisis Data
4. Pelaporan

 3.    Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti adalah guru matematika yang bertindak sebagai subyek yang memberikan tindakan. Seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 wawo tahu ajaran 2013/ 2014 sebagai subjek penelitian yang menerima tindakan. Peneliti dibantu mitra guru matematika sebagai observer.

4.    Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif, yaitu suatu penelitian yang bersifat praktis, kondisional dan kontekstual berdasarkan permasalahan yang muncul. Siklus penelitian dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Siklus Penelitian ( Sutama, 2000: 92) 
Tindakan II
Observasi Tindakan II
Refleksi II
Pengertian dan Pemahaman
Seterusnya sesuai dengan alokasi waktu
 tahapan yang direncanakan
Dialog Awal
Perencanaan
Tindakan I
Observasi Tindakan I
Evaluasi
Refleksi I
Pengertian dan Pemahaman
Perencanaan Revisi
Evaluasi

Penelitian tindakan kelas ini akan melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Dialog awal

Suatu pertemuan antara peneliti dan guru matematika bersama- sma melakukan pegenalan, penyatuan ide, dan berdiskusi membahas masalah dan cara- cara peningkatan motivasi belajar matematika.

Dialog membicarakan model dan alternatif pembelajaran yang akan dipraktekkan dan dikembangkan sehingga diperoleh kesepakatan untuk memecahkan masalah peningkatan motivasi belajar matematika melalui strategi pembelajaran kontekstual.

2. Perencanaan Tindakan kelas

Hasil dari dialog awal yang telah diputuskan dan dsepakati bersama diharapkan membawa kesadaran pentingnya peningkatan motivasi belajar matematika di SMP Negeri 2 Wawo, selanjutnya disusun langkah- langkah persiapan tindakan pembelajaran yang terdiri:

1)   Memperbaiki kompetensi material guru dalam bidang matematika

2)   Identifikasi masalah dan penyebabnya

3)   Perencanaan Solusi Masalah

3. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan dilaksanakan berdasarkan perencanaan, namun tindakan itu tidak mutlak dikendalikan oleh rencana. Tindakan yang diputuskan mengandung resiko karena terjadi dalam situasi nyata. Oleh karena itu, rencana tindakan harus bersifat sementara, fleksibel dan siap diubah sesuai dengan keadaan yang ada sebagai upaya perbaikan.

4. Observasi dan Montoring

Observasi dan monitoring dilakukan dengan mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Pada waktu observasi dilakukan, observer mengamati proses pembelajaran dan menyimpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada guru, siswa maupun situasi kelas.

Observasi ini dilakukan peneliti dengan berbekal pedoman observasi dan kegiatan lapangan. Peneliti mencatat semua kegiatan guru mulai dari pendahuluan, pengembangan, penerapan, dan penutup.

5. Refleksi

Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan sepertiyang telaha dicatat oleh observer. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyatadalam tindaka strategi. Refleksi yang dilakukan adalah diskusi antara peneliti dan guru matematika untuk menelaah hasil tindakan yang telah dilakukan. Kegiatan refleksi ini dilakukan setiap akhir pembelajaran matematika, tetapi secara informal dapat dilakukan dialog untuk menangani masalah yang muncul.

6. Evaluasi

Evaluasi hasil penelitian dilakukan untuk mengkaji hasil perencanaan, observasi, dan refleksi penelitian pada setiap pelaksanaan penelitian. Evaluasi dilakukan sebagai upaya menentukan tingkat keberhasilan dan pencapaian tindakan. Evaluasi diarahkan pada penemuan dan bukti- bukti untuk menyusun jawaban terhadap tujuan penelitian yangtelah dilaksanakan.

7. Penyimpulan

Penyimpulan merupakan pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisir dalam bentuk pernyataan atau kalimat yang singkat, padat dan bermakna. Hasil dari penelitian tersebut berupa peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

5.    Metode Pengumpulan data

Penelitian tindakan kelas dialukan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data primer adalah peneliti yang melakukan tindakan dan siswa yang menerima tindakan, sedangkan data sekunder berupa data dokumentasi. Pengambilan data dapat dilakukan dengan teknik observasi, catatan lapangan, dokumentasi, dan metode tes.

  1. Observasi Dalam penelitian ini, observasi digunakan untuk mengetahui adanya perubahan tingkah laku tindakan belajar siswa yaitu peningkatan motivasi belajar matematika melalui strategi pembelajaran kontekstual. Peneliti melakukan observasi sesuai dengan pedoman observasi yang ditetapkan.
  2. Catatan lapangan Dalam hal ini, catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian- kejadian penting yang muncul pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung. Model catatan lapangan dalam penelitian ini adalah catatan pengamatan yang diilakukan oleh peneliti dan guru matematika.
  3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu metode untuk memperoleh/mengetahui sesuatu dengan melihat buku-buku, arsip- arsip atau catatan yang berhubungan dengan memperoleh data sekolah SMP Negeri 2 Wawo dan identifikasi siswa kelas VIII antara lain seperti nama siswa, banyak siswa, daftar nilai dengan melihat dokumentasi yang ada dalam sekolah serta foto rekaman proses penelitian di SMP Negeri 2Wawo.

6.    Instrumen Penelitian

  1. Pengembangan Instrumen 
Berdasarkan cara pelaksanaan dan tujuan, peneliti, menggunakan observasi partisipasi peneliti. Observasi partisipasi peneliti yaitu peneliti ikut ambil bagian kegiatan objeknya, sebagaimana yang lain tidak tampak dalam sikap.

2. Validitas Isi Instrumen

Untuk menjamin pemantapan dan kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian, maka dipilih dan ditemukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang akan digunakan adalah teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Moleong Lexy, 2008: 330). Penelitian ini menggunakan triangulasi penyidik yaitu dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan.

7.    Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode alur. Dimana langkah-langkahyang harus dilalui dalam metode alur meliputi pengumpulan data, penyajian data, dan verifikasi data.

a.    Proses Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dikajii kemudian membuat rangkuman untuk setiap pertemuan atau tindakan di kelas.Berdasarkan rangkuman yang dibuat kemudian peneliti melaksanakan reduksi data yang kegiatan mencakup unsur-unsur sebagai berikut:

1)   Memilih data atas dasar relevansi

2)   Menyususn data dalam satuan- satuan jenis

3)   Memfokuskan penyederhanaan dan mentransfer dari data kasar ke catatan lapangan.

b.   Penyajian Data

Pada lengkah penelitian ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga dapat menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Dengan cara menampilkan data dan membuat hubungan antara variabel, peneliti mengerti apa yang terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.

c.    Verfikasi Data

Verifikasi data atau penarikan kesimpulandilakukan secara bertahap untuk memperoleh derajat kepercayaan tinggi. Dengan demikian, analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak tindakan dilaksanakan. Verifikasi data dilakukan pada setiap tindakan yang pada akhirnya dipadukan menjadii kesimpulan.

8.    Keabsahan data

Keabsahan data menurut Sukmadinata (2005: 104) dapat dilkukan melalu observasi secara terus- menerus, triangulasi sumber, metode, dan peneliti lain, pengecekan anggota, diskusi teman sejawat, dan pengecekan referensi. Dalam penelitian ini, keabsahan data dilakukan dengan observasi secara terus menerus dan triangulasi data.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahandata yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian ini, keabsahan dilakukan dengan triangulasi sumber, yaitu membandingkan data hasil pengamatan tes dengan hasil observasi lain.

 D.  DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Craft, Anna. 2003. Membangun kreatifitas Anak (Creativity Across the Primary Curriculum). Depok: Inisiasi Perss.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Juter, Kristina. 2005. “ Students’ Attitudes to Mathematics and Performance in Limits of  Functions”, Mathematics Education Research Journal / Vol. 17 No. 2,91-110.

Moleong, Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. (Contextual Teaching and Learning CTL)). Departemen Pendidikan nasional.

Purwanto, Ngalim. 2006. Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sagala, Syaiful H. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor  yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudrajat,Akhmad. 2008. “Pengertian, Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Model, Pembelajaran”.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sutama. Penelitian Tindakan Teori dan praktek dalam PTK, PTS, dan PTBK. Semarang: CV. Citra Mandiri Utama.

Uno. Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Pengukuran. Jakarta: Bumi Aksara.

Widiastuti, Wiwik. 2006. Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep bangun Datar Melalui Pendekatan Kontekstual. Surakarta: (Skripsi: FKIP UMS. Tidak Dipublikasikan).
Read »

Proposal Penelitian

PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN *
Ipink Rasta
Penelitian merupakan suatu proses untuk mendapatkan jawaban atau pemecahan terhadap suatu permasalahan dengan cara mengamati dan menganalisis gejala-gejala yang terjadi. Proses penelitian secara umum meliputi tahap-tahap: perencanaan, pelaksanaan, analisis hasil penelitian, dan pelaporan. Suatu perencanaan penelitian perlu disusun dalam bentuk yang formal dan dituangkan secara tertulis dalam sebuah proposal penelitian. Hal ini diperlukan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian dan menganalisis hasil-hasilnya. Selanjutnya keseluruhan proses dan hasil penelitian tersebut perlu dilaporkan dan disajikan dalam sebuah karya tulis ilmiah, baik berupa laporan penelitian, skripsi, thesis, disertasi, dan lain-lain.
Substansi dasar yang harus ada pada setiap proposal penelitian adalah latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan teori dan metode penelitian. Namun demikian outline proposal penelitian ada bermacam-macam tergantung dari tujuan dan gaya selingkung dimana penelitian akan dilaksanakan. Proposal yang digunakan untuk memperoleh dana penelitian, misalnya, selain mencantumkan substansi dasar tersebut, juga harus menampilkan rencana anggaran, jadwal penelitian, dan kualifikasi peneliti. Apabila penelitian tersebut juga melibatkan lembaga atau instansi lain, maka dalam proposal juga harus dicantumkan surat kesepakatan kerjasama dengan lembaga atau instansi tersebut.
Mahasiswa program strata satu dalam tugas akhirnya diwajibkan menyusun sebuah karya tulis ilmiah, yakni skripsi.  Skripsi ini berisikan proses dan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh mahasiswa. Oleh karenanya untuk menghasilkan sebuah skripsi yang baik dan benar, maka penelitian yang dilakukan juga harus baik dan benar. Dan untuk dapat melaksanakan penelitian dengan baik dan benar, maka  diperlukan sebuah perencanaan yang baik dan benar, sekaligus juga matang. Dengan tersusunnya sebuah perencanaan penelitian yang matang maka mahasiswa yang bersangkutan telah menyelesaikan kurang lebih 60 % dari tugas akhirnya. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dalam rangka menyusun skripsi tersebut, digolongkan pada latihan penelitian, sehingga outline proposal penelitian yang diperlukan pada umumnya adalah cukup terpenuhinya substansi dasar yang dilampiri dengan instrumen penelitian, jika ada, dan daftar pustaka.
Substansi proposal penelitian, atau dalam hal ini lebih tepatnya disebut sebagai proposal skripsi, pada umumnya dituangkan dalam tiga bab: pendahuluan, tinjauan pustaka, dan metode penelitian. Kematangan sebuah proposal sebenarnya dapat dilihat dari rangkaian benang merah pada ketiga bab ini. Namun demikian masih banyak mahasiswa yang belum mampu mengimplementasikan pengetahuannya tentang metodologi penelitian untuk menyusun sebuah perencanaan penelitian yang baik dan benar. Hal ini dapat dilihat dengan masih terkotak-kotaknya tiga bab tersebut dalam banyak proposal skripsi yang diajukan oleh mahasiswa. Belum ada suatu rangkaian yang harmonis antara bab 1, bab 2, dan bab 3, dan bahkan dalam satu bab juga terjadi pengkotak-kotakan antar sub bab, misalnya yang sering terjadi adalah ketidaksinkronan antara latar belakang dengan rumusan masalah pada bab pendahuluan, atau bahkan tidak ada rangkaian yang bagus antar alinea dalam sebuah sub bab, atau juga antar kalimat dalam sebuah alinea, dan sebagainya. Tulisan ini disusun dengan tujuan agar mahasiswa dapat memperoleh sebuah gambaran tentang substansi,  kaidah dan rangkaiannya yang mesti terkandung dalam sebuah proposal penelitian. Dan pada akhirnya diharapkan mahasiswa dapat mengimplementasikan ilmu dan pengetahuannya untuk menyusun sebuah proposal penelitian (atau proposal skripsi) dengan baik dan benar.
1. Proposal Penelitian dan Peranannya
Seperti telah disebutkan di atas bahwa proposal yang berisikan rancangan penelitian menjadi sebuah  pedoman bagi pelaksanaan penelitian dan analisis hasil-hasilnya. Oleh karenanya harus ada kesinkronan antara latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan teori, dan metode penelitian, serta kejelasan pada masing-masing unsur tersebut.
Secara garis besar kronologis dalam sebuah proposal penelitian adalah sebagai berikut. Berawal dari sebuah latar belakang permasalahan (bisa berupa kesenjangan antara harapan dan kenyataan, atau perlunya suatu pembuktian empiris dari teori-teori yang sudah ada, atau bisa juga berupa tinjauan tentang perlunya penyempurnaan atau pengembangan terhadap hasil-hasil penelitian terdahulu), maka kemudian dapat dirumuskan beberapa poin masalah. Masalah ini merupakan suatu pertanyaan yang baru dapat dijawab setelah dilakukannya penelitian. Agar permasalahan ini tidak meluas, maka diperlukan adanya batasan-batasan dan pendefinisian secara operasional baik pada variabel-variabel maupun unsur-unsur yang ada pada permasalahan. Langkah spesifikasi ini juga ditegaskan dengan perumusan tujuan dan manfaat dari penelitian. Setelah permasalahan dirumuskan secara spesifik, maka fokus utama penelitian adalah mendapatkan jawaban atau pemecahan dari permasalahan tersebut. Oleh karenanya diperlukan suatu dasar, yang berupa tinjauan teori, dan sarana, yang berupa metode penelitian. Dengan dasar teori yang kuat dan metode penelitian yang benar dan jelas, maka pelaksanaan penelitian akan lebih terarah dan dapat dijalankan dengan prosedur yang benar.
Berdasarkan kronologis tersebut maka jelaslah bahwa dalam sebuah proposal penelitian harus ada kejelasan konsep dan keterkaitan antar masing-masing substansinya. Oleh karena itu untuk menghasilkan kejelasan dan keharmonian sebuah proposal penelitian, maka salah satu cara yang dapat dilakukan oleh seorang peneliti sebelum menyusun proposalnya adalah dengan menjawab daftar pertanyaan berikut:
  1. fenomena apa yang melatarbelakangi suatu permasalahan?
  2. seberapa penting permasalahan tersebut dipecahkan? mengapa?
  3. berdasarkan latar belakang, rumuskan beberapa pertanyaan operasional yang dalam menjawabnya membutuhkan sebuah proses penelitian!
  4. batasi ruang lingkup permasalahan anda!
  5. tetapkan tujuan dan manfaatnya apabila pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan tersebut nantinya dapat terjawab!
  6. teori apa saja yang relevan dengan permasalahan yang telah dirumuskan?
  7. bagaimana prosedur penelitiannya?
  8. bagaimana cara mengumpulkan dan menganailis datanya?
Dengan menjawab pokok-pokok pikiran tersebut, maka seorang peneliti dapat mengontrol, apakah ruang lingkup permasalahannya terlalu luas atau tidak, apakah jawaban atas permasalahan dapat terjangkau atau tidak, dan apakah unsur-unsur dalam penelitiannya telah terangkai secara logik atau tidak.
Setelah rangkaian yang harmonis antar substansi dasar tercapai, maka pokok-pokok pikiran tersebut dapat dikembangkan dan kemudian dituangkan dalam sebuah paparan formal sesuai dengan outline proposal penelitian yang dipersyaratkan. Oleh karenanya, satu hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun paparan ini adalah bagaimana penyusunan kalimatnya, paragrapnya, subbabnya, sehingga jelas masing-masing ide dasarnya dan antara satu dengan yang lainnya terhubung secara kronologik. Dengan demikian, seorang peneliti apapun bidang ilmunya, harus memiliki pemahaman yang cukup pada penggunaan bahasa (Indonesia) yang baik dan benar, agar dalam menuangkan idenya dalam bentuk tulisan benar-benar menggunakan bahasa tulis formal dan tidak terjebak dalam bahasa lisan. Sebuah paragrap misalnya, harus terdiri dari sebuah kalimat utama dan beberapa kalimat pendukung; dan sebuah kalimat harus jelas subyek dan predikatnya; serta sangat dianjurkan untuk menggunakan kalimat pasif. Selanjutnya antara paragrap yang satu dengan yang lainnya harus terkait dengan baik sehingga jelas ide dasar yang disajikan oleh si penulis.
2. Matrik Penelitian
Matrik penelitian dapat dikatakan sebagai ringkasan dari suatu proposal penelitian, karena semua unsur dalam proposal penelitian, secara singkat ditampilkan dalam matrik ini. Outline dari matrik penelitian juga bermacam-macam tergantung gaya selingkung penulisan karya tulis ilmiah pada masing-masing institusi. Substansi yang dimunculkan dalam sebuah matrik penelitianpun juga tergantung dari jenis dan keperluan penelitiannya. Misalnya matrik dari suatu penelitian korelasional, kausal-komparatif, ataupun penelitian eksperimental  akan memuat substansi-substansi sebagai berikut.
  • Judul
  • Masalah
  • Variabel
  • Sub Variabel
  • Indikator
  • Sumber Data
  • Metode: Pengumpulan Data, Penentuan Responden, Analisis data
  • Hipotesis
Namun jika variabel yang ditampilkan sudah merupakan variabel terkecil, maka sub variabel jelas tidak diperlukan. Atau pada penelitian yang tidak bertujuan menguji hipotesis, seperti pada kebanyakan penelitian tindakan atau pada penelitian yang bertujuan menghasilkan model, baik model pembelajaran maupun media pembelajaran, atau juga pada penelitian matematika murni yang bertujuan membuktikan atau mengembangkan teorema atau model matematis, maka hipotesis tidak akan diperlukan, dan variabel yang dimaksudkan juga berbeda dengan variabel yang ada pada penelitian korelasional.
Singkatnya, sebuah matrik penelitian harus dapat mewakili proposalnya sehingga dengan melihat matrik penelitian, orang akan bisa memperoleh gambaran tentang bagaimana penelitian tersebut akan dilaksanakan.
3. Judul
Judul merupakan suatu unsur yang sangat penting dari sebuah proposal penelitian, karena dengan membaca judul, orang akan dapat memiliki gambaran tentang apa dan bagaimana penelitian yang akan dilaksanakan. Oleh karenanya beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan judul adalah sebagai berikut.
  • Judul harus singkat, padat tetapi jelas dan dirumuskan dalam suatu formulasi kalimat yang menarik;
  • Judul harus memuat informasi tentang tujuan penelitian dan hasil penelitian yang akan dicapai;
  • Judul harus memuat satu atau lebih kata kunci.
Ketidaktepatan perumusan judul dapat berakibat pada ketidaksinkronan antara judul dan substansi penelitian. Berikut ini disajikan beberapa contoh. Jika judul penelitian berbunyi “Model Pembelajaran Matematika Berbasis Web” maka orang akan menangkap gambaran bahwa penelitian ini akan menghasilkan sebuah model pembelajaran matematika dimana seluruh rangkaian prosesnya berfokus pada web. Tetapi jika ternyata penelitiannya hanya akan menjawab pertanyaan tentang efek model pembelajaran tersebut, maka judul yang lebih tepat adalah “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Web pada Mata Pelajaran Matematika”, atau jika penelitiannya ternyata hanya akan menghasilkan sebuah media berbasis web yang dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran matematika, maka judulnya bisa dirumuskan “Media Pembelajaran Matematika Berbasis Web”.
Contoh lain misalnya, judul “Model Pembelajaran Cooperative Learning pada Pokok Bahasan Pecahan”  menjadi tidak baku karena terjadi redundansi antara pembelajaran dan learning. Judul ini dapat dipersingkat menjadi “Model Pembelajaran Kooperatif pada Pokok bahasan Pecahan”. Dengan judul semacam ini maka akan timbul gambaran bahwa penelitian tersebut akan menghasilkan sebuah model pembelajaran kooperatif yang ideal pada pokok bahasan pecahan melalui beberapa kali uji coba konsep model. Namun banyak mahasiswa yang merumuskan judul semacam ini untuk melabeli penelitiannya yang ternyata akan melihat bagaimana dampak penerapan model yang bersangkutan, sehingga perumusan judul menjadi kurang tepat.
Berdasarkan uraian tersebut, jelas bahwa diperlukan suatu kejelian seseorang dalam merumuskan judul penelitian, sehingga judul yang dihasilkan benar-benar akan memberikan gambaran yang tepat tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang akan dicapai oleh suatu penelitian.
4. Bab Pendahuluan
Pada bab pendahuluan biasanya termuat subbab-subbab latar belakang, rumusan masalah, definisi operasional, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Ide-ide dasar pada masing-masing subbab tersebut harus jelas dan antar subbab harus sinkron satu dengan yang lainnya. Semua ide dasar dan keterkaitan tersebut harus terfokus dan mendukung pada rumusan masalah.
4.1 Latar Belakang
Latar belakang berisikan paparan fenomena yang akhirnya menghantarkan bahasan pada timbulnya suatu masalah. Latar belakang tidak boleh terlalu singkat, karena dalam latar belakang harus memuat paparan yang cukup dari data-data,  fakta dan mungkin juga beberapa hasil penelitian terdahulu yang dapat menjadi bahan diskusi untuk bisa berfokus pada sebuah permasalahan yang akan diteliti. Tetapi juga sebaliknya, sebuah latar belakang tidak boleh terlalu luas, karena akan menjadi bias dan akhirnya permasalahan yang akan ditampilkan menjadi tidak jelas.  Misalnya saja permasalahan yang akan diteliti adalah penyelesaian numeris untuk suatu model matematis dari sebuah fenomena, tetapi latar belakangnya diawali dengan pernyataan bahwa matematika adalah ratu ilmu pengetahuan, maka latar belakang yang demikian dikatakan terlalu luas, karena sebenarnya latar belakang tersebut dapat diawali dengan sebuah pemaparan dari fenomena yang bersangkutan. Selanjutnya pemaparan tersebut berjalan secara mengerucut menuju suatu fokus permasalahan yang semakin spesifik.
Pada latar belakang sebaiknya juga diuraikan alasan penulis untuk meneliti permasalahan yang diajukan. Alasan ini harus relevan dan menunjuk pada pentingnya diadakan penelitian yang bersangkutan. Sebagai contoh misalnya jika seseorang akan mengadakan penelitian tentang penerapan suatu model pembelajaran matematika di sebuah sekolah, maka kurang relevan bila alasannya adalah tersedianya waktu peneliti, atau lokasi sekolah dekat dengan domisili peneliti, atau di sekolah tersebut belum pernah diadakan penelitian sejenis. Alasan yang relevan dan menunjuk pada urgenitas harus dikaitkan dengan fenomena yang tengah terjadi di sekolah tersebut, misalnya rendahnya tingkat pemahaman siswa pada materi matematika karena masih monotonnya model pembelajaran yang diterapkan, dan adanya persetujuan serta kerjasama dari pihak sekolah yang memungkinkan peneliti melaksanakan penelitiannya.
4.2 Rumusan Masalah
Latar belakang yang didukung oleh pemaparan data-data dan fakta yang cukup dan tidak terlalu luas serta mengerucut pada suatu fokus permasalahan akan memudahkan peneliti untuk merumuskan masalah dengan jelas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan masalah adalah sebagai berikut.
  1. Masalah harus mempunyai nilai penelitian, artinya masalah harus menyatakan hal yang penting untuk segera didapatkan penyelesaiannya, masalah harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan dan harus dapat diuji atau dengan kata lain, masalah tersebut baru akan didapat jawabannya setelah melalui suatu proses penelitian. Misalnya saja pada penelitian untuk menghasilkan sebuah media pembelajaran berbasis web, maka pertanyaan tentang bagaimana media pembelajaran yang dinamis dan interaktif, bukan merupakan masalah yang mempunyai nilai penelitian, karena dari tinjauan teori pertanyaan ini sudah bisa terjawab.
  2. Masalah harus fisibel, artinya data, alat analisis, dana dan waktu yang tersedia cukup memadai untuk dilaksanakannya sebuah penelitian dengan prosedur yang benar, serta tidak bertentangan dengan hukum.
  3. Masalah yang diteliti harus sesuai dengan spesifikasi peneliti. Hal ini sangat jelas karena dalam rangka menjawab permasalahan diperlukan suatu penyusunan kerangka berpikir teoritis yang bermutu dan ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki kualifikasi keilmuan yang tepat.
Selanjutnya beberapa sumber informasi yang dapat digunakan untuk memperoleh permasalahan    antara lain: pengamatan terhadap fenomena sekitar, bacaan, seminar atau diskusi ilmiah, dan ulangan serta perluasan penelitian.
4.3 Definisi Operasional
Untuk memperjelas pengertian dari variabel-variabel penelitian atau beberapa kata kunci dari unsur-unsur utama dalam masalah penelitian diperlukan adanya definisi operasional. Secara khusus apabila yang didefinisikan adalah variabel-variabel pada penelitian korelasional, maka subbab ini berlabel Definisi Operasional Variabel.
Beberapa kasus dalam penyusunan proposal penelitian oleh mahasiswa ditemukan adanya penyamaan artiantara definisi operasional dengan pengertian leksikal dari suatu istilah, sehingga yang terjadi adalah definisi operasional berisikan makna-makna leksikal dari unsur-unsur dalam masalah penelitian yang kurang memiliki nilai operasional dan bahkan tidak sama sekali. Suatu contoh misalnya pada penelitian yang menelaah tentang hasil belajar matematika maka  diperlukan sebuah definisi operasional untuk term tersebut. Namun yang sering terjadi adalah penggabungan makna leksikal masing-masing unsur dari term tersebut, sehingga tidak jarang dalam definisi operasional tercantum bahwa pengertian hasil belajar matematika adalah suatu hasil dari proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku pada mata pelajaran matematika yang diukur dengan menggunakan tes. Nampak jelas bahwa pengertian semacam ini sama sekali tidak operasional, karena tidak jelas batasan-batasannya dan bagaimana cara pengukurannya secara riil. Dalam menyusun sebuah definisi operasional, peneliti tidak boleh terpaku pada makna leksikal masing-masing unsur dalam suatu kelompok kata, tetapi dengan ungkapan sendiri perlu mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan term tersebut dalam penelitiannya dan secara kongkrit bagaimana pelaksanaannya maupun pengukurannya. Misalnya saja secara kongkrit yang dimaksud dengan hasil belajar matematika adalah rata-rata nilai siswa dari tiga kali tes yang diberikan peneliti, yang masing-masing pada pokok-pokok bahasan persamaan linier, persamaan kuadrat dan grafik fungsi. Nampak bahwa pengertian tersebut sudah operasional dan lebih spesifik pada ruang lingkup penelitian.
4.4 Batasan Masalah
Batasan-batasan dalam suatu penelitian diperlukan agar ruang lingkup masalah tidak meluas. Batasan-batasan ini terkait dengan keterbatasan dana, waktu, tenaga, pengumpulan data dan analisisnya, serta relevansi kualifikasi peneliti dengan permasalahan yang akan dibahasnya. Misalkan saja dalam penelitian tentang aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Secara umum ada 10 macam aktivitas belajar siswa, tetapi tentunya tidak semua terkait erat dengan pembelajaran matematika, sehingga peneliti dapat membatasi permasalahan dengan memilih beberapa aktivitas saja yang benar-benar relevan dengan pembelajaran matematika, misalnya aktivitas  visual, oral dan mental. Demikian juga halnya dalam penelitian yang bertujuan menghasilkan desain media pembelajaran yang dinamis dan interaktif, maka dengan keterbatasan dana dan waktu, peneliti dapat membatasi ketercapaiannya, misalkan apabila 70 % dari keseluruhan indikator dinamis dan interaktif tercapai, maka desain yang dihasilkan sudah merupakan hasil final. Pada intinya seorang peneliti berwenang memberikan batasan-batasan demi terlaksananya dan terselesaikannya sebuah proses penelitian. Batasan-batasan ini tentunya juga berpengaruh pada proses generalisasi dari hasil penelitiannya.
4.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Tujuan merupakan arah dari suatu penelitian. Tujuan penelitian harus disesuaikan dengan rumusan masalah. Bila permasalahan mempertanyakan hal-hal yang belum diketahui, maka tujuan merinci apa saja yang ingin diketahui, sehingga jika permasalahan sudah terjawab maka tujuan penelitian sudah tercapai. Dalam beberapa penelitian dimana permasalahannya sangat sederhana terlihat bahwa tujuan sepertinya merupakan pengulangan dari rumusan masalah, hanya saja rumusan masalah dinyatakan dengan pertanyaan, sedangkan tujuan dituangkan dalam bentuk pernyataan yang biasanya diawali dengan kataingin mengetahui. Tetapi bila permasalahannya relatif komplek, permasalahan ini menjadi lebih jelas terjawab bila disusun sebuah tujuan penelitian yang lebih tegas yang memberikan arah bagi pelaksanaan penelitian. Misalnya, bila rumusan masalah memperanyakan bagaimanakah penerapan model pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan pecahan?, maka jelas akan banyak penafsiran tentang jawaban yang diinginkan dari pertanyaan ini, sehingga perumusan tujuannya harus lebih tegas, misalnya ingin mengetahui langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan pecahan, atauingin mengetahui bagaimanakah efek penerapan model pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan pecahan terhadap hasil belajar siswa, atau keaktifan siswa, atau motivasi siswa, dan sebagainya.
Manfaat penelitian berisikan tentang sumbangan yang dapat diberikan dari hasil penelitian bagi pengembangan ilmu dan teknologi, bagi pengambil kebijakan, bagi lembaga tempat penelitian, dan bagi peneliti sendiri. Apa yang terkandung dalam tujuan dan manfaat penelitian, nantinya harus benar-benar tampak, baik pada hasil penelitian dan pembahasannya, maupun pada kesimpulan dan saran.
5. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka memuat informasi tentang teori dan uraian teori yang mendasari penelitian, baik itu berupa pengertian dasar dan kaidah-kaidah yang berkaitan dengan obyek penelitian maupun pembahasan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Kajian pustaka ini dapat membantu peneliti dalam menyusun sebuah kerangka berpikir ilmiah, merumuskan hipotesis, dan menetapkan metode penelitian yang memuat rancangan penelitian, pengumpulan dan analisis data.
Penyusunan kerangka berpikir merupakan tahapan penting dalam sebuah penelitian. Kerangka berpikir adalah pola penalaran dari peneliti berdasarkan teori-teori yang relevan dalam menjawab permasalahan melalui suatu kesatuan analisis yang logis dan sistematis. Dalam hal ini peneliti harus mampu memberikan suatu kajian yang  tajam pada suatu teori dan mampu melihat hubungannya dengan teori lain yang relevan.
Suatu kebiasaan yang salah apabila seorang peneliti dalam menyusun suatu tinjauan pustaka hanya mengutip sana mengutip sini lalu memberikan kesimpulan seadanya, seperti yang terjadi dalam contoh berikut ini.
Belajar menurut Abu Ahmadi adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang diperoleh dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (1986:2). Sedangkan menurut Sardiman A.M., belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan (1986:22). Hal serupa juga dikemukakan oleh Herman Hudoyo bahwa belajar merupakan proses kegiatan yang disertai usaha yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam waktu relatif lama (1990:1). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu rangkaian proses kegiatan seseorang untuk bertumbuh yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam waktu yang relatif lama.
Pada contoh tersebut terlihat jelas bahwa peneliti hanya menampilkan beberapa kutipan dan memberikan kesimpulan yang merupakan gabungan dari kutipan-kutipannya, sehingga pengertian yang disimpulkan penulis malah merupakan definisi yang membingungkan. Dalam hal ini peneliti seharusnya memberikan suatu kajian tentang latar belakang masing-masing kutipan tersebut, sehingga akan lebih jelas pada kondisi yang bagaimana setiap pernyataan tersebut berlaku. Dengan demikian peneliti juga tidak perlu memberikan kesimpulan tentang belajar dengan cara penggabungan seperti itu, karena hal ini hanya akan membuat maknanya semakin tidak jelas, tetapi bisa saja peneliti menentukan pernyataan mana yang paling sesuai dengan topik penelitiannya, dan kemudian memberikan tanggapan apabila pernyataan tersebut masih kurang atau malah berlebihan.
Contoh lain yang lebih tragis adalah bahwa dalam membuat sebuah tinjauan pustaka, seorang peneliti hanya menyajikan kutipan-kutipan saja tanpa memberikan kajian lebih lanjut, seperti pada bagian berikut ini.
Abu Ahmadi menyatakan beberapa prinsip belajar sebagai berikut. Belajar harus bertujuan dan terarah; belajar memerlukan bimbingan; belajar memerlukan pemahaman; belajar memerlukan latihan dan ulangan; belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat (1991:17).Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Slameto digolongkan menjadi faktor intern dan faktor ekstern (1988:56).
Pada contoh di atas jelas bahwa tinjauan pustaka tersebut tidak ubahnya seperti koleksi kutipan, karena tidak adanya kajian lebih lanjut dari si peneliti.
Sebenarnya hal yang terpenting dalam sebuah tinjauan pustaka adalah kajian peneliti terhadap teori atau hasil-hasil penelitian sebelumnya yang digunakan untuk mendukung penelitiannya. Kutipan seharusnya dimaksudkan sebagai pendukung atau pembanding terhadap bahasan yang disampaikan oleh peneliti. Sebagai contoh misalnya peneliti sedang memberikan bahasan kegiatan pemecahan masalah dalam matematika, dan untuk memperkuat bahasannya peneliti mengutip pendapatnya Herman Hudoyo bahwa langkah-langkah pemecahan soal meliputi pemahaman masalah, perencanaan penyelesaian, pelaksanaan penyelesaian, dan pengecekan kembali. Dalam hal ini peneliti perlu melanjutkan bahasannya dengan mengkaji mengapa harus pemahaman masalah dulu, bagaimana bentuk perencanaan dan pelaksanaan penyelesaian, dan mengapa harus ada pengecekan kembali. Dengan demikian sebuah tinjauan pustaka juga dapat digunakan untuk melihat seberapa dalam penguasaan keilmuan yang dimiliki peneliti berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkannya, sekaligus juga dapat dinilai kesiapan peneliti dalam melakukan penelitiannya.
Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk dapat menyusun sebuah tinjauan pustaka yang baik yang dapat memberikan suatu kerangka berpikir ilmiah yang logic dan sistematik adalah dengan memanfaatkan peta pikir. Peta pikir adalah sebuah gambaran skematis yang timbul akibat pengaitan suatu konsep dengan konsep lainnya oleh pikiran seseorang. Suatu contoh misalnya, kita akan mengkaji tentang belajar, maka pada saat kita berpikir tentang belajar akan timbul pemikiran tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar, seperti motivasi belajar, waktu belajar, hasil belajar, tempat belajar, materi yang dipelajari, bahan pelajaran, metode belajar, dan lain-lain. Selanjutnya jika kita berpikir tentang hasil belajar, misalnya, maka akan terpikir pula tentang adanya tes, tugas, latihan, nilai, skor, kisi-kisi soal, dan sebagainya. Demikian seterusnya apabila kita tetap membiarkan pikiran berimajinasi sementara tangan menggambarkan  hasil imajinasi tersebut, maka akan terbentuklah suatu peta pikir. Selanjutnya dari peta pikir tersebut dapat dipilih konsep-konsep mana saja yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti, dengan demikian akan tersusun suatu tinjauan pustaka yang dapat menghasilkan sebuah kerangka berpikir yang logis dan sistematis.
6. Metode Penelitian
Bab metode penelitian berisikan rancangan penelitian, metode penentuan responden, metode pengumpulan data dan metode analisis data. Penyusunan rancangan dan pemilihan metode-metode tersebut sangat tergantung pada tujuan penelitian.
Rancangan penelitian tidak hanya sekedar berupa urutan langkah penelitian saja, tetapi lebih ditekankan pada desain skematis yang dapat memberikan gambaran tentang aliran proses penelitian. Rancangan penelitian ini lebih mudah dipahami jika digambarkan dalam diagram alir. Dengan demikian dari sebuah rancangan penelitian selain dapat dilihat tahap-tahap penelitian, juga skenario keputusan pada setiap gejala yang timbul pada masing-masing tahapnya.
Pada penelitian yang melibatkan orang sebagai sumber data utama  maka diperlukan metode penentuan responden. Penentuan responden dapat dilakukan secara populatif atau dapat juga secara sampling sesuai dengan kebutuhannya. Jika populasinya terlalu banyak, maka dapat dipilih beberapa responden sebagai sampel. Namun demikian penentuan banyaknya sampel disini harus dilakukan secara proporsional agar hasil penelitian nantinya dapat digeneralisasikan untuk keseluruhan populasi. Tetapi jika populasinya sedikit, maka penentuan responden secara populatif akan memberikan hasil yang lebih baik. Khusus untuk penelitian tindakan kelas (PTK) tidak ada istilah sampel, artinya keseluruhan populasi harus dijadikan sebaai responden penelitian. Biasanya sebuah PTK hanya melibatkan siswa maksimal satu kelas saja.
Pemilihan metode pengumpulan data juga harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Misalnya untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, tidak tepat bila digunakan metode angket, tetapi harus dengan observasi.  Namun yang perlu diperhatikan dalam menyajikan metode-metode tersebut adalah bukan hanya sekedar pengertian teoritis dari setiap metode, karena hal ini merupakan daerah kajian dari metodologi penelitian, tetapi yang terpenting adalah alasan mengapa menggunakan metode tersebut, data apa saja yang akan diraih melalui metode tersebut, dan bagaimana pelaksanaannya di lapangan.
Metode analisis data bukan hanya sekedar rumusan-rumusan statistik, tetapi yang lebih penting adalah indikator-indikator keputusan bagaimana hasil-hasil penelitian dapat dianalisis dan diinterpretasikan sehingga akan menghasilkan sebuah kesimpulan yang valid.
7. Penutup
Sebuah proposal sangat menentukan jalannya pelaksanaan penelitian. Proposal yang baik akan dapat dijadikan pedoman bagi pelaksanaan penelitian dan analisis hasil-hasilnya. Walaupun penelitian mahasiswa yang dilaksanakan dalam rangka penyusunan skripsi dikategorikan sebagai latihan penelitian, tetapi prosedur yang dilakukan tetap harus memenuhi standar penelitian ilmiah. Oleh karenanya proposal penelitian (atau proposal skripsi) yang disusun juga harus dipersiapkan secara baik dan matang.
Sampai di sini diharapkan agar mahasiswa dapat memahami bagaimana sebenarnya kronologis yang harus ada dalam sebuah proposal supaya tercipta suatu benang merah antar bagian sehingga proposal yang dihasilkan dapat menjadi sebuah satu kesatuan yang terjalin secara harmoni antara permasalahan, kerangka berpikir dan metode penelitian. Selanjutnya diharapkan pula agar mahasiswa dapat mengimplementasikan ilmu pengetahuannya dalam menyusun sebuah proposal penelitian yang baik dan benar.
Semoga tulisan singkat ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Daftar Pustaka
Liakip. 1996. Perencanaan Penelitian. Makalah disampaikan pada Penataran Tenaga Peneliti Tingkat Pertama Lembaga Penelitian Universitas Jember.
Moeliono, A.M. 2003. Bahasa yang Efisien dan Efektif dalam Bidang Iptek dan Artikel Lain. Bahan Pelatihan Calon Penulis Buku Ajar Perguruan Tinggi, Juni 2003 di Bandung.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Purbohadiwidjoyo, M.M. 1993. Menyusun Laporan Teknik. Bandung: Penerbit ITB.
Sakri, A. 1992. Bangun Paragraf bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit ITB.
1993. Ilmuwan dan Bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit ITB.
Slameto. 1988. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara.
Wagito, 1996. Penyusunan Usulan Proyek Penelitian. Makalah disampaikan pada Penataran Tenaga Peneliti Tingkat Pertama Lembaga Penelitian Universitas Jember.
Widyaprakosa, S. 1996. Hakekat dan Arti Penting Penelitian. Makalah disampaikan pada Penataran Tenaga Peneliti Tingkat Pertama Lembaga Penelitian Universitas Jember.
Wirawan, T. 1996. Teknik Penyusunan Permasalahan dalam Penelitian. Makalah disampaikan pada Penataran Tenaga Peneliti Tingkat Pertama Lembaga Penelitian Universitas Jember.
———————————
Read »

Copyright © Kreasi Anak Reggae

Designed by