Islam Negeri 'The Reggae Boyz'

Geliat Islam Negeri 'The Reggae Boyz'

REPUBLIKA.CO.ID, Perlahan tapi pasti, Islam bergeliat di Jamaika. Banyak fase yang dilalui Muslim Jamaika sebelum akhirnya mereka bisa menikmati kebebasan beragama layaknya saudaranya di seluruh dunia.

Seperti dikutip The Carribean Muslim, Islam pertama kali datang ke Jamaika dibawa oleh bangsa Afrika Barat, terutama dari kawasan Gold Coast, yaitu Ghana, Nigeria, Mali, Benin, dan Togo. Mereka merupakan para budak yang diperjualbelikan. Menggunakan kapal, para budak Afrika tersebut dijual ke Jamaika.

Kendati memiliki sejarah panjang, Islam tidak menjadi agama mayoritas. Ini karena, pada awalnya Islam dibawa budak. Setiap budak tidak diperkenankan mengajar anak-anak mereka, baik membaca menulis, termasuk mengajarkan ajaran dan budaya Islam. Mereka wajib menurut pada majikan. Jika tidak, siksaan cambuk atau rantai akan menjadi santapan sehari-hari.

Saat ini Islam berpotensi diterima masyarakat Jamaika. Antara Muslimin dan masyarakat umum pun dapat hidup berdampingan. Berbagai organisasi pendidikan telah berdiri. Begitu pula dengan bangunan masjid. Saat ini Muslimin Jamaika dikabarkan baru saja membangun masjid baru di Bushy Park dekat Old Harbour, Kota http://rastayoman.blogspot.com/
Read »

Penyanyi Reggae Yang Meng-islamkan Tiga Ribu Tentara Amerika


Abu Ameenah Bilal Philips bernama asli Dennis Bradley Philips. Dia berdarah Jamaika namun masa kecilnya dihabiskan di Kanada.

Perjalanannya mengenal Islam menarik untuk disimak.Situs islamictoday.com menuliskan sebelum menjadi muslim, Philips menganut musik dan cinta sebagai agamanya. Dibesarkan dalam kultur musik Jamaika kental membuat ia memilih menjadi gitaris.

Di kesengsem Jimi Hendrix dan Bob Marley. Saat berkuliah di Universitas Simon Frasier, Kota Vancouver, Kanada, dia kerap ngamen di klub dan kafe mempertontonkan kemahirannya bermain musik.

Bermain musik memberikan kesempatan pria kelahiran Jamaika, 6 Januari 1946, ini menjelajah ke berbagai negara, termasuk Malaysia dan Indonesia pada 1960-an. Di dua negara berpenduduk mayoritas Islam ini, Philips mulai tertarik mempelajari agama Nabi Muhammad, seperti dilansir surat kabar Gulf Today.

Balik ke negaranya pada 1972, lelaki berjanggut ini memutuskan mempelajari Islam secara intensif. Dia kerap berdiskusi dengan para cendekiawan muslim dan mempelajari buku-buku agama rahmatan lil alamin ini.

Tak perlu waktu cukup banyak, beberapa bulan kemudian Philips mengucapkan dua kalimat syahadat, tanda sumpah serta pengakuan keesaan Allah dan Rasulullah sebagai utusanNya.Setelah menjadi muslim, Philips memutuskan berhenti menjadi musikus dan mempelajari agama barunya lebih dalam.

Dia mengaku tidak nyaman lagi bermusik. "Menjadi artis rentan terhadap perilaku dilarang Allah seperti obat-obatan, seks bebas, perempuan, dan pergaulan salah. Saya tidak mau seperti itu lagi," ujarnya.Dia kembali bersekolah dengan mendaftarkan diri ke jurusan studi Islam di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi.

Alasannya, dia ingin belajar Islam dari klasik di kota-kota bersejarah dan bukan budaya prakteknya. "Beda lingkungan akan berbeda menerjemahkan Islam," kata Philips.Kelar di Universitas Madinah, Philips terus belajar. Kali ini dia mendaftar program master di Universitas Riyadh.

Selain berkuliah, dia juga nyambi menjadi pembawa acara Why Islam di Channel Two, stasiun televisi milik pemerintah Saudi. Acara seputar wawancara dengan para muallaf dari berbagai latar belakang dan ketertarikan mereka mempelajari Islam.

Dengan membawa acara itu, Philips mengaku imannya semakin kuat. Tak cuma menjadi presenter, dia juga menulis buku, antara lain Poligami dalam Islam dan Prinsip Dasar Iman dalam Islam.Kelar kuliah S2 pada 1990-an, Philips bekerja di departemen agama markas besar Angkatan Udara Arab Saudi di Ibu Kota Riyadh.

Kala itu Perang Teluk tengah berkecamuk. Irak menginvansi ke Kuwait karena menolak menghapus utang luar negeri negeri Saddam Hussein itu. Posisi Kuwait kewalahan dan meminta bantuan ke Amerika Serikat. Negara adidaya itu mengirimkan pasukannya dan membuat pangkalan di Arab Saudi.

Ketika tentara Amerika bermarkas di Negeri Petro Dollar itu, Philips kebagian memberikan materi tentang Islam kepada mereka. Ini penting untuk mengajarkan pengetahuan benar Islam bukanlah agama menyukai kekerasan. Hasilnya, sekitar tiga ribu serdadu Amerika masuk Islam.

Selepas Perang Teluk, Philips dikirim ke Amerika untuk mendampingi para tentara muallaf itu. Dia mendapat bantuan dari anggota tentara beragama Islam untuk membuat konferensi dan kegiatan. Usahanya ini membuahkan hasil dan militer Amerika akhirnya membangun musala di seluruh pangkalan militer mereka.

Kelar proyek itu, Philips hijrah ke Filipina dan mendirikan pusat informasi di Mindanao serta universitas berbasis Islam di Cotobato City. Pada 1994, Philips mendapat undangan bergabung dengan lembaga amal Dar Al Ber di Dubai, Uni Emirat Arab.

Di sana ia membentuk pusat informasi Discover Islam di Kota Karama. Proyeknya kali ini mengundang ulama dari pelbagai negara. Dalam lima tahun, pusat informasi itu telah membuat 15 ribu orang dari seluruh penjuru dunia mengucapkan dua kalimat syahadat.

http://rastayoman.blogspot.com/
Read »

Reggae, Marley, & Yahudi


Bob marley Reggae, Marley, & Yahudi
By ipink rasta  23 agustus 2013

REGGAE adalah Bob Marley, dan Bob Marley adalah reggae itu sendiri. Amat susah menyebutkan musik reggae sekarang ini tanpa menyebutkan Marley. Pun begitu sebaliknya. Di tengah gempuran boys band a la Korea, serta metal dari Barat, reggae tetap ada. Dan Jamaika, adalah pusat dari reggae itu.

Jamaika merupakan tanah kelahiran musik reggae. Dari Kota Kingston, Bob Marley membesarkan musik yang memiliki ciri permainan ritem gitar yang khas ini. Hingga kini lagu-lagu Bob Marley masih setia dimainkan para pemujanya, termasuk di Indonesia.

Dalam evolusi musik reggae hadir Matisyahu, sosok unik lewat gaya reggae Yahudi-nya memberikan warna berbeda. Itu warna Israel. Tak mesti dengan dreadlock (rambut gimbal), berbendera merah-hijau-kuning kas rasta, atau dekat dengan mariyuana. Matisyahu memuja reggae lewat cara lain. Ia meramu musik reggae kas Jamaika berpadu rap tradisional dan berlirik khas spirit Yahudi. Ada juga yang menyebutkan sebuah perpaduan janggal musik reggae bertemu gaya Yahudi. Tapi tetap saja, reggae adalah Marley dan Marley adalah reggae.

Tahun ini adalah tahun ke-67 Marley. Dengarlah penuturan Ziggie, anak Marley kepada Ynet tahun lalu: “Sejarah hubungan kami dengan akar Israel, Daud, Salomon, sudah ada jauh sebelum saya bertemu istri saya. Ayah saya, budaya Rastafari saya, memiliki hubungan erat dengan budaya Yahudi. Kami memiliki hubungan yang kuat ketika saya masih muda dan membaca Alkitab, Perjanjian Lama. ”

Rohan Marley, putra lain dari Bob, berbicara kepada The Algemeiner tentang keluarga reggae terkemuka mereka  dan hubungan mereka dengan komunitas Yahudi.

“Bob Marley memiliki ayah Yahudi. Dia adalah seorang pria Yahudi Inggris. Keluarga Marley mengambil banyak kebanggaan dalam hubungannya dengan koneksi Yahudi mereka,” ujarnya.
“Semua orang mencintai Bob Marley, tak peduli apapun agamanya..
Read »

Copyright © Kreasi Anak Reggae

Designed by